Sejumlah pria berkoteka sambangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka menjadi pusat perhatian yang untuk sementara mengalahkan kepopuleran kasus suami pedangdut Kristina. Tak hanya itu, mereka pun bernyanyi dan menari di depan lobi KPK.
Tak ayal, beberapa pegawai KPK dan sejumlah wartawan berbondong-bondong keluar gedung untuk menonton aksi itu. Tarian tradisional Papua yang penuh dengan teriakan menyihir penonton untuk memberikan tepuk tangannya.
Para penari tersebut bersama sejumlah masyarakat Papua lain yang tergabung dalam Gerakan Moral Masyarakat Adat Papua Anti Korupsi (Germomapak) menuntut agar KPK segera menangkap Bupati Papua. Mereka meminta agar KPK mengambil alih kasus korupsi di Papua.
"Kenapa kasus ini tidak ditindaklanjuti? Alasannya klasik, karena tidak ada surat perintah dari SBY-JK. Sejak mereka memimpin, semua koruptor di Papuaenggak ada yang ditangkap. Oleh karena itu, kami meminta agar KPK mengambil alih kasus ini," ujar Koordinator Germomapak, Dorus Wakum.
Awalnya, petugas KPK tak mengizinkan mereka menari dan bernyanyi di depan lobi. Petugas meminta agar mereka melakukan aksinya di halaman. Sontak ini menuai rasa kecewa warga Papua yang hadir saat itu. "Kenapa Slank dikasih izin, tapi kami tidak. Padahal kami membawakan kebudayaan asli Indonesia. Kami tidak mau membunuh orang kok," jawabnya kecewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar