Kamis (4/3) menjelang tengah malam, Score! Cilandak Town Square Jakarta Selatan. Orang-orang yang di depan panggung tersenyum melihat tingkah Kaka. Malam itu, alumni gang Potlot mengadakan konser musik dalam rangka reuni.
“Biasanya kalau kita ketemu, di kawinan atau di pemakaman. Terakhir kita ketemu banyak orang di pemakaman Chilling. Makanya, sekarang ingin kumpul-kumpul dalam suasana senang,” kata Oppie Andaresta.
“Intinya ya ketemuan saja,” kata Damon Koeswoyo, yang juga jadi salah seorang penggagas.
Dan muncullah ide untuk mengadakan reuni Potlot, yang disiapkan hanya dalam dua minggu. Band-band yang ada hubungannya dengan gang Potlot pun didaulat tampil: ada yang merupakan generasi kedua alias anak-anaknya, ada juga yang memang alumni Potlot. Selain para musisi, Bunda Iffet, pemilik rumah yang jadi tempat berkumpulnya anak-anak Potlot, juga turut hadir mendukung acara itu. Dia bahkan membagi ceritanya soal jaman Potlot masih ramai oleh anak-anak itu.
“Di depan Bunda, kami mau buat pengakuan. Dulu kan di Potlot itu telepon dikasih koin, tapi kami bisa mengakali supaya nggak harus memasukkan koin,” kata Oppie sambil tertawa.
“Indra itu paling pintar mengakali telepon. Jadi meski dikunci, dia tetap bisa pakai telepon,” lanjut Bunda.
“Iya, dari dulu Indra memang jenius,” kata Oppie.
Di antara nama-nama yang familier dan mendapat kesempatan tampil adalah: Bunga, gitaris Adrian Adioetomo (yang punya nama panggilan Ian Soldano karena memakai amplifier merk Soldano), dan Cozy Republic. Nama-nama lain sebenarnya dijadwalkan tampil, seperti Ray D’ Sky dan Oppie Andaresta, tapi menjelang tengah malam, sebelum waktu yang disediakan Score! berakhir, dedengkot Potlot dipanggil ke panggung untuk melakukan jam session.
Kaka yang pertama kali naik. Dia mengajak Well Willy serta Rico Corompies untuk bernyanyi. Lantas, Boris Simanjuntak gitaris The Flowers ikut dipanggil juga.
“Tadi gue lihat Bongky di sini, gue ingin Bongky yang main bas,” kata Kaka.
Orang-orang mulai tersenyum mendengar Kaka memanggil nama Bongky, seakan-akan mimpi mereka hampir jadi kenyataan: melihat Slank formasi lama sepanggung kembali. Dan ketika akhirnya Bongky naik sambil cengengesan ke panggung, tepuk tangan mulai meriah.
“Bimbim mana? Panggil Bimbim. Gue nggak bisa nyanyi kalau bukan Bimbim yang main drum,” kata Kaka sambil mencari-cari sepupunya itu. “Gue juga tadi lihat Pay, mana Pay? Ajak Pay ke sini buat main gitar.”
Tepuk tangan dan teriakan mulai terdengar meriah. Harapan semakin dekat dengan kenyataan. Tak berapa lama, Bimbim muncul dan langsung duduk di kursi drum. Hampir bersamaan, Pay muncul dan naik ke atas panggung sambil tersenyum. Orang-orang pun semakin berteriak kegirangan. Akhirnya, di panggung itu berkumpullah: Bimbim, Kaka, Bongky, Pay, Boris, Well Willy, dan Rico Corompies.
Tanpa dikomando, Pay langsung memainkan intro “Wild Horses” dari The Rolling Stones. Sebuah adegan yang langka: Slank formasi lama memainkan The Rolling Stones kembali. Meskipun dengan ingatan Kaka, Willy, dan Rico akan lirik yang tak terlalu baik, lagu-lagu The Stones langsung dihajar berturut-turut: “Sympathy for The Devil” dan “Honky Tonk Woman.” Melihat itu saja, orang-orang sudah kegirangan. Dan kejutan itu pun muncul ketika Pay—lagi-lagi tanpa dikomando—langsung memainkan intro “Memang”, sebuah lagu dari album pertama Slank, Suit Suit...He...He (Gadis Sexy). Lalu, setelah jeda beberapa detik, Pay memainkan intro “Mawar Merah” yang juga tanpa hasil diskusi. Dan seperti pepatah naik sepeda, meskipun sudah lama tak melakukan itu, formasi Slank era lima album pertama dengan baik memainkan lagu itu. Sayang sekali Indra Q berhalangan hadir karena sakit.
Ketika orang-orang berpikir kejutan itu akan berakhir—mengingat mereka sudah memainkan lima lagu—tiba-tiba Pay memainkan intro “Terlalu Manis” yang tentu saja disambut tepuk tangan dan jeritan meriah serta koor yang membahana di Score! Formasi lama Slank itu menutup reuni Potlot dengan sebuah lagu reggae milik Slank berjudul “Begitu Saja”. Reuni semacam ini pernah terjadi pada tahun 2006, di Hard Rock Cafe Jakarta. Waktu itu, alumni Potlot mengadakan acara untuk mengenang Imanez dan tanpa sengaja, Bimbim, Kaka, Bongky, Indra dan Pay akhirnya bisa ‘dijebak’ ada di satu panggung. Hanya bedanya, reuni singkat di Score! itu membawakan lebih banyak lagu—di Hard Rock mereka hanya membawakan dua lagu.
“Bayar tujuh puluh lima ribu harus dapat sesuatu ya,” kata Kaka di sela-sela nyanyinya.
Menjelang pukul satu pagi, reuni Potlot berakhir, meski orang-orang masih asyik bercengkerama melepas rindu.
“Dari dulu anak-anak nggak berubah. Yang gila ya tetap gila, yang senang pegang kamera masih pegang kamera, cuma bedanya dulu belum ada handphone,” kata Bongky sambil tersenyum memandang sekelilingnya.
“Iya, dari dulu Potlot nggak berubah. Cewek-ceweknya cakep-cakep,” tambah Adrian Adioetomo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar